Permudah Pelaku Usaha, Pembayaraan QRIS Dorong Sektor Pariwisata Danau Toba
Sehingga ketika (turis asing) datang berwisata tidak perlu menukar mata uang asingnya, tetapi langsung bisa menggunakan QRIS.
Penulis: Angel aginta sembiring | Editor: Eti Wahyuni
TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Pemanfaatan metode pembayaran menggunakan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) diyakini akan mempercepat pemulihan sektor pariwisata yang terpuruk akibat pandemi Covid-19. Terlebih, bagi para pelaku usaha pariwisata berskala mikro.
Sebab, dengan penggunaan QRIS akan mempermudah para turis dari mancanegara untuk bertransaksi di Indonesia, Bank Indonesia (BI) sendiri telah meluncurkan QRIS sejak 2019 lalu.
Dalam perkembangan terakhir, QRIS sudah bisa digunakan orang asing yang datang ke Indonesia. Saat ini terdapat dua jasa pembayaran di luar negeri yang bekerja sama dengan jasa pembayaran lokal.
Sehingga ketika (turis asing) datang berwisata ke Indonesia tidak perlu menukar mata uang asingnya, tetapi langsung bisa menggunakan QRIS.
Baca juga: Pakai QRIS Bisa Bayar Belanjaan di Empat Negara
Menanggapi hal ini, Komisaris Utama PT Finnet Indonesia, Difi Ahmad Johansyah menuturkan digitalisasi sistem pembayaran atau penggunaan QRIS dinilai mampu mendorong peluang bisnis salah satu sektor adalah pariwisata Danau Toba.
Menurutnya, QRIS mampu mempermudah para pelaku industri pariwisata bahkan wisatawan dalam mengurangi kebiasaan pembayaran secara manual di sejumlah daerah pariwisata.
Dikatakannya, hal ini perlu kita sadari bahwa sistem digitalisasi itu penting. Karena melalui digitalisasi, sektor pariwisata bisa menambah pendapatan daerah maupun negara seperti saat ini yang sudah muncul Smart City dan Smart Village.
"Dengan menjual konten yang tepat dan pas dengan keinginan wisatawan, hal ini juga memungkinkan dilakukan dengan tujuan Danau Toba yang akan semakin maju, " ujarnya, Senin (17/10/2022).
Lanjutnya, sehingga dengan menjual konten yang sesuai dengan keinginan wisatawan, pasti akan bisa mendatangkan pendapatan bagi daerah tersebut.
Selain kebiasaan bertransaksi secara manual atau tunai, tambah dia, ada juga kendala digitalisasi seperti infrastruktur yang belum bisa dijamin.
Misalnya sinyal yang tiba-tiba hilang ketika memasuki daerah tertentu. Tapi hal ini akan bisa teratasi ketika kebutuhan masyarakat akan transaksi digital semakin tinggi.
“Infrastruktur ini juga berasal dari kebutuhan masyarakat. Kalo masyarakat mendorong pasti akan dipenuhi. Harus ada dulu kebutuhan ekonomi disana,” kata Difi.
Disinggung soal ketakutan masyarakat jika bertransaksi digital, Difi membagi tips untuk aman dan terhindar dari penipuan. Jadi saat bertransaksi harus tenang, lalu aktifkan notifikasi dan cek rekening.
Untuk level proteksi digital, itu dimulai dari e-money yang limit-nya dibatasi Rp2 juta oleh Bank Indonesia.
Ini merupakan salah satu proteksi sehingga ketika tercecer tidak akan merasa rugi atau bisa diikhlaskan saja. Sementara untuk QRIS, ada PIN yang menjamin transaksi.
"Jadi selama PIN aman, jangan khawatir bertransaksi dengan dengan QRIS," pungkasnya.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/Wisman-ke-Sumut-Meningkat-September-2022.jpg)