Pengguna Ojol Beralih ke Angkutan Umum, Kebijakan Kenaikan Tarif Kurang Tepat
Oleh karena itu, Eka memilih untuk kembali menggunakan angkutan umum atau Trans Metro Deli yang jauh lebih murah.
TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Sejumlah pelanggan ojek online (Ojol) di Kota Medan tidak setuju dengan keputusan Kementerian Perhubungan mengenai kenaikan tarif Ojol yang akan berlaku pada Sabtu (10/9/2022) mendatang.
Seperti halnya Eka, pelanggan Ojol yang mengaku seluruh aktivitasnya menggunakan jasa Ojol, mulai dari bekerja hingga berkumpul dengan teman-temannya. Kenaikan tarif tersebut tentu membuatnya keberatan, karena akan membuat pengeluarannya jadi bertambah.
"Saya ke mana-mana naik Ojol, pulang pergi kerja naik Ojol, nongkrong sama kawan juga naik Ojol, jadi kalau naik tarifnya otomatis pengeluaran saya juga membengkak," ujarnya kepada Tribun Medan, Kamis (8/9).
Oleh karena itu, Eka memilih untuk kembali menggunakan angkutan umum atau Trans Metro Deli yang jauh lebih murah.
"Terasa pasti kenaikan harganya, jadi kalau tidak terlalu buru-buru naik Angkot ajalah atau nggak yang gratis Trans Metro Deli, tapi kalau lagi buru-buru baru naik ojek," ucapnya.
Senada, Dinda seorang mahasiswa yang juga mengandalkan Ojol untuk seluruh mobilitasnya mengaku akan beralih menggunakan kendaraan pribadi.
Baca juga: Pemerintah Naikkan Tarif Ojol, Organisasi Ojek Medan Sebut Bukan Solusi, Bakal Gelar Aksi Penolakan
"Kalau mahal gitu mending naik kereta sendiri ajalah, saran dari orangtua juga seperti itu, saat ini aja ongkos dari rumah ke kampus sudah Rp 18 ribu, apalagi kalau tarif Ojol naik nanti," ucapnya.
Sementara itu, sejumlah komunitas Ojol di Kota Medan mengaku kebijakan ini terbilang masih kurang tepat.
"Kalau untuk tarif dengan kebijakan baru ini menurut saya masih terbilang kurang, karena dari awal sebenarnya harganya memang segitu, kemudian karena banyaknya persaingan, jadi tarifnya diturunkan hingga hari ini (kemarin) yaitu Rp 6.400 per 4 kilometer," ujar Rizal Babeh Ketua Komunitas Dollarman kepada Tribun Medan, Rabu (7/9).
Menurutnya, kenaikan ini tidak ada bedanya dengan kebijakan sebelumnya dan tak seimbang dengan biaya operasional yang dikeluarkan oleh para driver.
"Kalau menurut saya kenaikan ini tidak ada bedanya, tidak seimbang dengan perjalanan kita yang mungkin menghabiskan banyak pengeluaran di tambah lagi dengan potongan aplikator dan uang parkir, seharusnya naik tarifnya Rp 10 ribu," ucapnya.
Terpisah ketua komunitas Perhimpunan Driver Online Medan Sekitar (PDOMS), Zahril mengatakan, bahwa Pemerintah terkesan tidak ikhlas untuk menaikan tarif Ojol.
"Pemerintah terkesan tidak iklas menaikan harga ini, sebelumnya sudah dua kali pengunduran tarif Ojol ini, ketika harga BBM naik baru Pemerintah buru-buru menjadi pahlawan menaikan harga tarif ini. Itu pun naiknya tidak sesuai dengan harga BBM yang 30 persen naiknya," katanya.
Dikatakannya, kenaikan ini kurang tepat bagi para driver Ojol yang memiliki biaya operasional lebih tinggi setelah kenaikan harga BBM.
"Hanya naik Rp 1.850 per satu kali perjalanan, bagi kami para driver kenaikan ini belum pas, artinya tidak menutupi biaya operasional kami dalam melayani orderan," imbuhnya.
Dia berharap agar pemerintah dapat menyampaikan dengan tegas kepada aplikator agar tidak memotong tarif yang begitu besar.
"Kami juga berterimakasih kepada Pemerintah walau pun terlambat tetapi ada niat baik untuk menaikan tarif Ojol dan Harapan kita pemerintah segera mengeluarkan regulasi untuk kendaraan roda dua ini," sebutnya.
Ia berharap Pemerintah tegas untuk menyampaikan kepada aplikator untuk tidak memotong tarif terlalu besar dan Pemerintah dapat mengkaji ulang kenaikan harga BBM," tutupnya.