Berita Internasional

Pertama di Luar Benua Afrika, Spanyol dan Brasil Laporkan Kematian Pertama Terkait Cacar Monyet

Spanyol dan Brasil melaporkan kasus kematian pertama terkait monkeypox atau cacar monyet pada Jumat (29/7/2022).

Tribun Batam
Ilustrasi. Spanyol dan Brasil melaporkan Kasus kematian pertama terkait monkeypox atau cacar monyet pada Jumat (29/7/2022). 

TRIBUN-MEDAN.com - Kematian pertama di luar Benua Afrika terkait monkeypox atau cacar monyet dilaporkan pada Jumat (29/7/2022).

CNN melaporkan, ada dua negara di luar Benua Afrika, yakni Spanyol dan Brasil yang melaporkan kematian pertama terkait cacar monyet.

Menurut laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dari 22 Juli 2022, hanya lima kematian yang dilaporkan di seluruh dunia, semuanya di kawasan Afrika.

Baca juga: Kasus Lokal Pertama di Singapura, Seorang Pria Paruh Baya Positif Cacar Monyet, Ini Gejalanya

Lebih lanjut, Kementerian Kesehatan Spanyol dalam laporan terbarunya mengatakan, bahwa 4.298 kasus telah dikonfirmasi di negara itu.

Sebanyak 120 orang dirawat di rumah sakit dan satu orang meninggal, dari total saat ini 3.750 penderita cacar monyet di negara tersebut.

Juru bicara Kementerian Kesehatan menolak untuk memberikan rincian tentang orang yang meninggal.

Di Brasil, penderita cacar monyet yang meninggal adalah seorang pria berusia 41 tahun.

Selain terkena cacar monyet, pria itu juga menderita kanker dan sistem kekebalan tubuh yang melemah.

Pada Sabtu (23/7/2022) WHO menyatakan cacar monyet sebagai keadaan darurat global.

Status darurat global merupakan tingkat kewaspadaan tertinggi badan kesehatan PBB tersebut.

Diumumkan oleh direktur jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, deklarasi darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional (PHEIC) menandai peningkatan respons terhadap penyakit cacar monyet.

Hingga Rabu (27/7/2022), jumlah kasus cacar monyet telah lebih dari 18.000, dan dilaporkan menyebar di 78 negara dengan 70 persen di antaranya di Eropa dan 25 persen di Amerika.

Asal-usul Cacar Monyet

Cacar monyet berasal dari hewan liar seperti hewan pengerat dan primata, dan terkadang menular ke manusia.

Cacar monyet pertama kali diidentifikasi oleh para ilmuwan pada 1958 ketika dua wabah penyakit seperti cacar terjadi di koloni monyet yang dipelihara untuk penelitian, kata Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC).

Namun, pembawa penyakit utama cacar monyet masih belum diketahui, meskipun tikus Afrika diduga berperan dalam penularan.

Baca juga: Mengenal Gejala Cacar Monyet pada Tubuh, Kini Lebih dari 1.000 Kasus Monkeypox

Kasus cacar monyet pertama yang diketahui pada manusia tercatat pada tahun 1970 di Republik Demokratik Kongo.

Setelah 40 tahun tanpa kasus yang dilaporkan, cacar monyet muncul kembali di Nigeria pada tahun 2017.

Sejak itu, ada lebih dari 450 kasus yang dilaporkan di Nigeria dan setidaknya delapan kasus ekspor yang diketahui secara internasional, kata badan tersebut.

Gejala Awal Cacar Monyet

Ada masa inkubasi sekitar tujuh hingga 14 hari, kata CDC seperti dikutip CNN.

Gejala awal cacar monyet biasanya seperti flu, demam, menggigil, kelelahan, sakit kepala dan kelemahan otot, diikuti dengan pembengkakan pada kelenjar getah bening.

"Fitur yang membedakan infeksi cacar monyet dari cacar adalah perkembangan pembengkakan kelenjar getah bening," kata CDC.

Selanjutnya timbul ruam yang meluas di wajah dan tubuh, termasuk di dalam mulut dan di telapak tangan dan telapak kaki.

Cacar yang menonjol dan menyakitkan berwarna seperti mutiara dan berisi cairan, sering kali dikelilingi oleh lingkaran merah.

Lesi akhirnya berkeropeng dan sembuh selama dua hingga tiga minggu, kata CDC.

Cacar monyet bisa berakibat fatal hingga satu dari 10 orang dan diperkirakan lebih parah pada anak-anak.

Penyebaran Cacar Monyet

Menurut para ahli, cacar monyet menyebar ketika terjadi kontak dekat dengan individu yang terinfeksi.

"Infeksi dapat berkembang setelah terpapar kulit yang rusak, selaput lendir, tetesan pernapasan, cairan tubuh yang terinfeksi atau bahkan kontak dengan linen yang terkontaminasi," kata Neil Mabbott, ketua pribadi di imunopatologi di sekolah kedokteran hewan Universitas Edinburgh di Skotlandia.

"Bila lesi telah sembuh, koreng (yang mungkin membawa virus menular) dapat ditumpahkan sebagai debu, yang dapat dihirup," kata dokter Michael Skinner, yang berada di fakultas kedokteran di departemen penyakit menular di Imperial College London.

Penularan antar orang terjadi terutama melalui tetesan pernapasan yang besar, seperti kontak tatap muka yang lama, kata CDC.

"Cacar monyet bisa menjadi infeksi serius, dengan tingkat kematian dari jenis virus cacar monyet ini sekitar 1 persen pada wabah lainnya," kata Michael Head, rekan peneliti senior di kesehatan global di University of Southampton di Inggris.

"Ini sering terjadi di lingkungan berpenghasilan rendah dengan akses terbatas ke perawatan kesehatan," tambahnya.

Namun, di negara maju akan sangat tidak biasa melihat lebih dari segelintir kasus dalam wabah apa pun, dan kami tidak akan melihat tingkat penularan seperti Covid-19, kata Head dalam sebuah pernyataan.

(Tribunnews.com/Rica Agustina/Tiara Shelavie)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com 

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved