Ulos
Pemkab Toba Jadikan Ulos Sebagai Produk UMKM di Bidang Fashion
Pemerintah Kabupaten Toba, akan menjadikan Ulos sebagai fashion yang akan dikembangkan menjadi produk UMKM.
Penulis: Maurits Pardosi |
Pemkab Toba Jadikan Ulos Sebagai Produk UMKM di Bidang Fashion
TRIBUN-MEDAN.com, TOBA – Pemerintah Kabupaten Toba, akan menjadikan Ulos sebagai fashion yang akan dikembangkan menjadi produk UMKM.
Rencana tersebut dilakukan setelah Pemkab Toba melakukan pertemuan dengan pemerintah Yogyakarta beberapa waktu lalu.
Dalam pertemuan itu nantinya akan terjadi kerja sama dengan pihak Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta di bidang pengembangan UMKM.
Plt Kepala Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah, Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Toba Salomo Simanjuntak menjelaskan bahwa pengembangan ulos di Kabupaten Toba akan digiatkan. Pasalnya, Pemkot Yogyakarta terbuka bekerjasama dengan Kabupaten Toba untuk menjadikan ulos sebagai fashion.
“Kita datang ke sana untuk melihat kampung wisata tahunan yang merupakan pembuatan kain jumputan. Nah, yang dibuat di sana adalah kolaborasi kain ulos dan kain jumputan yang dibuatkan menjadi fashion,” ujar Salomo Simanjuntak, Selasa (24/5/2022).
“Dan, kita berbicara melalui Ketua Dekranasda dan juga Pak Walikota. Mereka berjanji nantinya bersedia melatih para UMKM kita yang mau membatik. Kain tersebut akan kita jadikan fashion dan bisa kita pasarkan bersama di Yogyakarta dan di Toba,” terangnya.
Walau belum menjadi sebuah kesepakatan bersama yang tertuang dalam MoU, lanjutnya, kedua pemda tersebut sudah sepakat soal pengembangan produk UMKM.
Selain di bidang tenun, pihaknya juga akan bekerjsama mengembangkan hasil UMKM lainnya.
Pelatihan soal produk UMKM pun bakal dilaksanakan dengan mendatangkan pelatih dari Yogyakarta ke Kabupaten Toba.
Sehingga, pihaknya tengah mencari kelompok UMKM yang ingin ikuti pelatihan.
“Belum sampai pada MoUnya. Kita sekarang melakukan pendataan UMKM yang bersedia ikuti pelatihan. Rencana, pertama sekali bahwa orang Yogyakarta yang akan melatihnya baru aka nada study banding,” sambungnya.
“Untuk Koperindag, kita juga diminta menggiatkan hasil UMKM yang lain, seperti souvenir-souvenir yang telah dilaksanankan Koperindag Yogyakarta. Souvenir yang dijual di sana adalah produk UMKM masyarakat Yogyakarta,” lanjutnya.
Ternyata, pihak Pemkot Yogyakarta bersedia melatih pembuatan UMKM selain menenun.
“Maka, mereka sendiri bersedia tidak hanya melatih menenun tetapi juga produksi UMKM lainnya,” ungkapnya.
“Kalau berdasarkan data penerima bantuan tahun 2020 hingga 2021 ada sebanyak 7 ribu pelaku UMKM yang terdata di Perindag. Saya duga, tidak semua memproduksi, karena sebagian dari mereka adalah pedagang,” pungkasnya.
(cr3/tribun-medan.com)