Ramadhan 1443 Hijriyah

CERITA Zakiyyah Anisatul Ulfah, Mahasiswi Asal Tanjungmorawa yang Jalani Ramadan di Perancis

Diceritakan Ulfah, pada lebaran kali ini dirinya berencana akan mengunjungi rumah temannya yang berada di Belgia.

Editor: Ayu Prasandi
HO
Zakiyyah Anisatul Ulfah, mahasiswa asal Tanjungmorawa yang menempuh pendidikan di Perancis. 

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Momen Idul Fitri sudah tinggal menunggu hari.

Biasanya, umat muslim yang menjalani Ramadan sudah mulai mudik pulang kampung yang menjadi tradisi di negara yang bermayoritas muslim, diantaranya Indonesia.

Namun, hal ini belum dapat dirasakan Zakiyyah Anisatul Ulfah, mahasiswa asal Tanjungmorawa yang menempuh pendidikan program Master Sciences de l’éducation et de la formation en spécialité Didactiques, Enseignements, Formation de Formateurs (DEFF) à l’Université de Lille, Perancis.

Sejak tiba pada Agustus 2020, tahun ini menjadi lebaran kedua dirinya merayakan lebaran jauh dari keluarga di Tanjung Morawa, Deliserdang.

Baca juga: Jadwal Imsakiyah Kota Medan Jumat 29 April 2022, Lengkap Bacaan Niat Puasa Ramadan

Diceritakan Ulfah, pada lebaran kali ini dirinya berencana akan mengunjungi rumah temannya yang berada di Belgia.

"Rencananya mau habiskan akhir Ramadan di Belgia dan Belanda sekalian jalan-jalan. Terus diundang ngerayain lebaran bareng keluarganya teman di Belgia," ungkap Ulfah kepada Tribun Medan, Kamis (28/4/2022).

Diceritakan Ulfah, dirinya akan berangkat ke Belgia pada tanggal 29 April hingga 4 Mei mendatang lantaran dirinya sudah memasuki libur semester.

Dirinya mengatakan jika sudah merencanakan aneka masakan khas lebaran yang begitu ia rindukan ketika berada di tanah air.

"Pasti Rendang dan teman-temannya rindu banget ya, kemudian ada sayur lodeh dan lontong. Kita udah planning mau masak masakan Indonesia sama buat kue lebaran," kata Ulfah.

Berbicara mengenai nuansa Ramadan dan Idul Fitri, untuk di Perancis sudah mulai terasa di akhir Ramadan. Diantaranya banyak aneka takjil yang dijual dan toko daging yang ramai diserbu warga umat Muslim.

"Tahun ini iya banget, banyak lihat takjil khas Maroko yang serba manis dijual di supermarket terus juga lihat orang-orang pada tarawih, senang banget lihatnya. Toko daging halal selalu rame apalagi pas awal-awal puasa orang pada ngantri buat beli dan nyetok daging," tuturnya.

Jalani Ramadan perdana di Perancis tahun 2020 lalu, Ulfah merasakan pengalaman yang begitu berbeda dibanding saat di Medan.

"Suasana Ramadhan apalagi di tahun 2020-2021 itu masih masa lockdown dan kuliah online. Jadi vibes nya itu sama saja seperti hari-hari biasa lainnya dengan aktivitas kuliah dan kebetulan di masa-masa ujian. Jadi kegiatan saya lebih di sibukkan dengan urusan kuliah.

Apalagi di sini puasanya lebih panjang jadi waktu terasa sangat cepat berlalu. Dari pagi sampai sore di habiskan untuk kuliah, lalu istirahat sebentar atau dilanjutkan dengan mengerjakan tugas -tugas kuliah dan belajar untuk ujian," cerita Ulfah.

Baca juga: Safari Ramadan, Pemko Medan Berikan Bantuan untuk Masjid An Nashuha Medan Petisah

Tak hanya suasana yang jauh berbeda, namun tradisi-tradisi saat Ramadan harus ia tahan hingga akhir pendidikannya di Perancis.

Ia mengenang momen ketika jalani Ramadan bersama kedua orangtuanya mulai dari nonton acara Ramadan hingga masak menu berbuka yang membuat dirinya begitu menghargai arti kebersamaan bersama keluarga.

Baginya, makna Ramadan yang ia rasakan selain kebersamaan juga momen selalu bersyukur dan terus memperbaiki diri terlebih di bulan suci Ramadan.

"Momen Ramadan itu kita masih diberikan Kesehatan dan kesempatan untuk terus memperbaiki diri terutama di bulan Ramadan adalah bulan yang penuh berkah jadi harus diperbanyak dengan melakukan ibadah-ibadah sunnah juga.

Yang kedua, melatih diri terhadap disiplin waktu. Harus lebih bisa membagi waktu untuk urusan dunia dan akhirat yang paling penting biar tetap seimbang," tuturnya.

Sementara itu, semenjak tinggal di Perancis, Ulfah jadi sudah sering mengeksplorasi aneka menu Nusantara mulai dari sup daging ataupun sup buntut yang tak pernah ia lewatkan saat Ramadan.

"Itu merupakan menu wajib apalagi sekarang musimnya masih dengan suhu yang lumayan dingin jadi sangat cocok dengan cuaca sekarang. Sebenarnya kalau di tanya makanan favorit masih tetap makanan Indonesia sih yang the best.

Seperti kalau buka puasa itu dengan gorengan yang dimasak sendiri, terus harus ada kurma yang Alhamdulillah juga di sini lumayan gampang untuk di dapatkan," kata Ulfah.

"Kalau makanan luar lainnya yang gampang dibuat dan menjadi menu favorit saya seperti sphagetti à la merguez atau kalau lagi sibuk dan tidak sempat masak bisa beli makanan halal yang bisa dibeli di restoran-restoran Asia seperti makanan yang berasal dari Hawai, saya paling suka Poké bowl yang menurut saya sangat sehat dan praktis kemudian ingredientnya sangat bervariasi," tambahnya.

Baca juga: Berkah Ramadan, Bhayangkari Polres Sergai Bagikan Takjil Gratis ke Pengguna Jalan

Dijelaskan Ulfah, dirinya memiliki hobi masak aneka menu Nusantara yang ternyata digemari oleh teman kosnya. Hal ini ia lakukan untuk mengobati rasa rindu dengan di Indonesia.

"Iya saya memang suka masak masakan Indonesia di sini. Bahkan suka masakin makanan Indonesia buat teman-teman Perancis dan Alhamdulillah sejauh ini mereka suka. Kalau di Indonesia saya jarang masak karena sibuk belajar," ujarnya.

"Tapi sebelum berangkat saya catat resep-resep masakan keluarga. Terus karena di sini memang harus mandiri jadi otomatis harus bisa semua. Gak bisa manja di sini harus bisa jadi anak mandiri dalam segala hal," tambah Ulfah.

Sementara itu, dalam menjalani ibadah tarawih, Ulfah belum menemukan kendala berarti lantaran lingkungan kosnya yang dekat dengan komunitas muslim dan dikeliling masjid.

"Untuk tarawih sendiri di tahun ini masjid-masjid sudah di buka untuk melaksanakan tarawih tapi harus benar-benar di check lagi untuk jadwal salat tarawih karena biasanya tidak semua masjid buka untuk shalat tarawih.

Kalau soal kendala beribadah sih tidak ada paling masalah waktu karena kalau tarawih ke masjid usahakan harus ada teman mengingat waktu shalat Isya saat ini sudah lumayan lama yaitu pukul 21.55 dan akan lebih lama lagi menjelang akhir Ramadhan.

Jadi kemungkinan pulang sampai di rumah akan larut malam. Jadi sebaiknya harus ada teman biar tidak sendirian," jelasnya.

Tak hanya itu, Ulfah juga bersyukur lantaran warga lokal Perancis begitu toleransi bahkan tak segan untuk mengajak buka bersama di luar.

Baca juga: Safari Ramadan, Pemko Medan Berikan Bantuan untuk Masjid An Nashuha Medan Petisah

"Mereka sangat menghargai dan bertoleransi ya menurut saya. Karena sejauh ini juga saya tidak memiliki kendala mengenai hal itu. Justru ketika bertemu dengan teman sesama muslim di Prancis juga mereka tidak segan untuk mengajak buka puasa bersama di rumah atau di luar," ujar Ulfah.

Menjalani Ramadan di negeri orang bagi Ulfah menjadi momen berharga dirinya untuk dapat mengenal makna Ramadan dari sudut pandang yang berbeda.

Hal ini juga menjadikan Ulfah begitu memaknai arti kebersamaan bersama keluarga.

"Buat keluarga di Sumut semoga sehat selalu. Mohon doanya juga biar semua urusan dilancarkan. Kalau rindu momen kebersamaan sudah pasti tapi sebagai anak rantau harus tahan belajar di negeri orang. Semoga bisa kembali untuk bisa berkontribusi bagi negeri," pungkasnya.

(cr13/tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved