Berita Sumut

Budidaya Ikan Gabus di Sergai Panen Hingga 5 Ton dan Diolah Menjadi Suplemen Protein Tinggi

Sutristo, seorang pria atau pemilik salahsatu budidaya ikan gabus yang cukup terbilang sukses di Indonesia

TRIBUN-MEDAN.com, SERGAI - Sutristo, seorang pria atau pemilik salahsatu budidaya ikan gabus yang cukup terbilang sukses di Indonesia.

Hal ini tampak terlihat saat wartawan Tribun Medan nyambangi lokasi budidaya ikan gabus miliknya di Jalan Setia Budi, Desa Kota Galuh, Kecamatan Perbaungan, Serdangbedagai (Sergai), Sumatera Utara.

Pasalnya, Sutristo berhasil memanen ikan gabus hingga 4-5 ton tiap bulannya dari 48 kolam berdiameter 5 meter yang dimilikinya.

Ikan gabus yang dipanen pun dikelola oleh dirinya bersama belasan karyawan lainnya menjadi sebuah suplemen protein tinggi.

"Ikan gabus dikenal banyak manfaatnya. Sejak jaman dahulu, ikan gabus sudah dikonsumsi untuk membantu penyembuhan luka. Karena ikan gabus, satu-satunya ikan yang kandungan albuminnya sangat tinggi," ujar Sutristo, Minggu (24/4/2022).

Lanjut Sutristo, selain itu ikan gabus juga dimanfaatkan untuk meningkatkan imun tubuh anak-anak, dan menambah nutrisi.

"Dan salahsatu program yang kita galakkan adalah untuk program stunting, dari ibu hamil, ibu melahirkan, ibu menyusui, sampai anak-anak kita buat produknya," ujar Sutristo.

"Ini budidaya ikan gabus kita yang pertama di Indonesia. Kita budidaya ikan itu secara instensif dengan pakan organik, dan sudah kita lakukan selama tiga tahun," sambungnya.

Lanjut Sutristo, ia sudah berhasil melakukan bibit unggul dari ikan gabus generasi ketiga (F3).

"Jadi ikan gabus liar ini sudah di domestikasi, sehingga sudah terbiasa diberi pakan organik. Pakannya itu dari maggot," ujar Sutristo.

Sedangkan itu, maggot atau biasanya yang dikenal dengan belatung merupakan larva dari jenis lalat Black Soldier Fly (BSF), memiliki kandungan protein yang sangat tinggi.

Mengapa pakannya maggot ini, Sutristo menambahkan agar menghasilkan ukuran ikan gabus yang merata, dan untuk memenuhi farmasi miliknya.

Sementara itu, budidaya ikan gabus milik Sutristo ini melibatkan masyarakat melalui koperasi.

"Kita memiliki kolam indukan. Dari indukan kita melakukan pemijahan, bibitnya kita berkerjasama dengan masyarakat sekitar, mereka besarkan dan di jual lagi ke pabrik, kita olah menjadi produk yang dasarnya ikan gabus," ujar Sutristo.

Dari awal melakukan budidaya ikan gabus terdapat banyak kendala. Sutristo mengatakan,
bibit yang dari alam ia beli, itu tidak tahan lama.

Dan pada proses pembesaran ikan gabus, banyak ikan yang tak bisa bertahan hidup.

"Kita mencoba lagi, kita juga kersama dengan Prof Alimuddin pakar budidaya ikan dari IPB, kita mendapatkan tipsnya. Dan saat ini kita lagi riset ginetik ikan gabus baru, sehingga nanti ikan gabus itu bisa seperti ikan lele, ikan nila, sehingga cepat besar," ucap Sutristo.

Saat ini proses pertumbuhan ikan gabus milik Sutristo masih lama, dan ia optimis nantinya akan ada gen baru, gen yang lebih unggul, kandungan albuminnya lebih tinggi, lebih cepat besar dan tahan penyakit.

"Ini produk yang sangat baik untuk kesehatan, ini digunakan oleh seluruh rumah sakit. Karena rumah sakit itu kalau tindakan mau operasi, harus mengecek dulu kandungan albumin pasiennya. Kalau albuminnya turun, maka perlu diberi albumin. Dan albumin saat ini untuk injeksi 100 persen import. Jadi harapan kita perlu dukungan pemerintah, untuk mendukung produk dalam negeri, produk kita, kita bisa kembangkan albumin Indonesia, ada kemandirian di bidang farmasi," ujar Sutristo.

Sedangkan itu, ikan gabus yang dibudidayakan Sutristo jenisnya channa striata. Ini menjadikan jenis ikan gabus yang kandungan albuminnya paling tinggi.

"Kebutuhan untuk pabrik kita sendiri sekitar 4-5 ton kita panen, baik dari kita dan masyarakat untuk kita buat jadi produk," tutup Sutristo.

(cr23/tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved