Kedai Tok Awang

Tiga Menguak Takdir

Roberto Mancini dan Luis Enrique, sampai babak perempat final, cenderung "setia" dengan formasi 4-3-3. Masing-masing tiga pemain jadi andalan.

Penulis: T. Agus Khaidir | Editor: T. Agus Khaidir
AFP PHOTO
FOTO kombo Pelatih Tim Nasional Italia, Roberto Mancini (kiri) dan Pelatih Tim Nasional Spanyol, Luis Enrique. Italia dan Spanyol akan berhadapan di Semi Final Euro 2020 
  • Euro 2020
  • Italia vs Spanyol

KEJUARAAN besar sepak bola di Eropa tak dipungkiri begitu menyita perhatian para penggemar sepak bola, tidak hanya di Eropa tetapi lebih jauh juga di seluruh penjuru dunia. Bahkan sampai-sampai membuat Copa America; kejuaraan yang pada dasarnya tiada kalah besarnya, terlupakan. Padahal sampai hari ini, CONMEBOL Copa America 2021 –nama resminya– juga telah sampai di babak empat besar.

Semi Final 1 mempertemukan Argentina versus Kolombia, sedangkan pada Semi Final 2 ada tuan rumah Brasil kontra Peru. Brasil melangkah ke final setelah menekuk Peru 1-0.

"Makjang, udah semi final aja rupanya, ya. Udah mau final pun. Ah, Jujur, tak pernah awak nonton sekali pun. Kalok enggak salah ada siaran langsungnya juga di tivi, kan?" kata Mak Idam seraya terkekeh-kekeh.

"Ada, lah, Dam. Di tivi nasional pun ada," ujar Tamsil Kalimaya. "Cumak, ya, itu, beda sama Piala Eropa yang main malam sampai menjelang pagi, ini mainnya benar-benar pagi. Jam-jam tujuh atau jam delapan kalok tak silap. Jam-jam orang berangkat kerja."

Pemain Tim Nasional Brasil Neymar (kanan) membayang-bayangi lawannya dari Peru pada babak Semi Final Copa America 2021 di Brasil, kemarin. Brasil menang 1-0 dan melangkah ke final
Pemain Tim Nasional Brasil Neymar (kanan) membayang-bayangi lawannya dari Peru pada babak Semi Final Copa America 2021 di Brasil, kemarin. Brasil menang 1-0 dan melangkah ke final (AFP PHOTO)

"Ada juga yang jam empat pagi, Pak Kep. Jadi abis Piala Eropa bisa langsung lanjut ke Copa America. Tambuhkan kopi itu segelas dua gelas,” sahut Leman Dogol, yang langsung ditimpali Mak Idam. “Ah, cemana Mak Leman ini. Udah habis, lah, batere awak kalok jam segitu mainnya. Memang awak tak kerja kantoran kayak Pak Kep, tapi, ya, enggak sampek, lah, awak kurang kerjaan nonton maraton kayak gitu. Maksimal batas kopi awak sampek jam empat pagi aja.”

Leman Dogol tertawa. Pun Tamsil Kalimaya. Tamsil kepala lingkungan sebelah. Dia datang ke Kedai Tok Awang untuk mencari sang "kompatriot", Lek Tuman, guna membicarakan perihal instruksi wali kota terkait pandemi Covid-19. Dia sudah mencari Lek Tuman di Kantor Lurah dan di rumahnya, tetapi tidak ketemu.

"Biniknya tadi bilang, kalok enggak ada di rumah dan di kantor lurah, biasanya di sini Lelek itu. Ternyata enggak ada jugak. Kemana, lah, kawan itu pergi, ya? Apa ada cabang barunya tahu kelen?” katanya dengan nada bicara sedikit tinggi. Agak kesal sepertinya. Dia bersiap untuk pergi, tapi percakapan perihal sepak bola menahan langkahnya. Apalagi, Tok Awang –tanpa diminta– menyuguhkan secangkir sanger dingin untuknya.

Terkait Copa America, orang-orang di Kedai Tok Awang, termasuk Sudung, Jek Buntal, dan Zainuddin yang baru datang, sepakat bahwa jalan Argentina dan Brasil untuk bersua di final akan mulus. Brasil sudah. Tinggal Argentina. Dan Lionel Messi akan berduel dengan Neymar.

Bagi Messi, jika Argentina menang, sekaligus akan membuat jalannya makin lapang untuk memenangkan Ballon d’Or tahun ini. Yeah, mau bagaimana lagi? N’Golo Kante sudah gugur pagi-pagi bersama Tim Nasional Perancis. Pun Cristiano Ronaldo. Apalagi Robert Lewandowski. Hanya juara dan top skor kompetisi domestik, Jerman pula, tak akan cukup sebagai modal meraih tropi bola emas itu.

Romelu Lukaku gugur. Harry Kane? Jorginho? "Harry Kane sangat kuat di Tim Nasional Inggris sejauh ini," kata Zainuddin memulai analisisnya. "Dia sudah cetak tiga gol, kan? Di babak kualifikasi kalau tidak salah jadi top skor juga. Jadi mungkin saja."

Sudung menggeleng. "Kalok Ballon d’Or cumak hitung pertandingan internasional, mungkin memang Kane juaranya, Pak Guru. Tapi, kan, selama ini kita tahu enggak gitu. Liga domestik jugak jadi pertimbangan. Dan di sinilah poin kekalahan Harry Kane. Dia main di Tottenham Hotspur yang lolos ke liga malam jumat pun enggak."

"Iya, betul, cumak peringkat tujuh," sebut Jek Buntal menimpali. "Lolosnya ke liga apa itu namanya? Ah, itu..., liga baru bikin-bikinan UEFA? Liga kasta ketiga."

Jadi sekarang tinggal Jorginho. Jorge Luiz Frello Filho, persisnya. Boleh dikata mutiara yang terlambat mengkilap. Lahir di Brasil, pada usia 15 dia pindah ke Italia, dan setahun berikutnya lolos tes untuk bermain di tim muda Hellas Verona. Jorginho kemudian mendapatkan paspor Italia berkat garis keturunan dari sebelah kakek yang berasal dari Lusiana, kota kecil di provinsi Veneto yang dikenal dunia lewat Venice, kota yang terendam air.

Jorginho baru dipanggil untuk memperkuat Gli Azzuri –julukan Tim Nasional Italia– pada usia 25. Yakni saat dia bermain di Serie A untuk Napoli. Namun tempatnya di lini tengah baru "permanen" di era kepelatihan Roberto Mancini, setelah dia terbang dari Italia untuk merumput bersama Chelsea.

PEMAIN Tim Nasional Italia Jorginho (depan), kala merayakan kemenangan Italia bersama rekannya usai laga kontra Austria, belum lama ini. Italia akan berhadapan dengan Spanyol di babak Semi Final Euro 2020.
PEMAIN Tim Nasional Italia Jorginho (depan), kala merayakan kemenangan Italia bersama rekannya usai laga kontra Austria, belum lama ini. Italia akan berhadapan dengan Spanyol di babak Semi Final Euro 2020. (AFP PHOTO)

"Jorginho sekarang calon kuat, dan dia bisa saja menang kalau Italia juara. Walau Chelsea enggak juara Liga Inggris, dia sudah punya modal besar lain yang lebih prestius, tropi Liga Champions. Masalahnya, langkah ke sana masih terjal. Masih ada Spanyol, dan di final nanti, Inggris dan Denmark sama kuatnya," kata Zainuddin lebih lanjut.

"Kalau saya rasa-rasanya Italia bisa lewati Spanyol, Guru," sahut Tamsil Kalimaya pula. "Pertaruhannya nanti di tengah. Tiga lawan tiga ini. Siapa yang lebih keras."

Baik Roberto Mancini maupun Luis Enrique, setidaknya sampai babak perempat final, cenderung "setia" dengan formasi 4-3-3. Tiga pemain Italia di lini tengah [tiga pemain yang mendapat menit bermain paling banyak] adalah Jorginho, Marco Verrati, dan Nicolo Barella. Adapun kubu Spanyol mengandalkan Pedri, Koke, dan –sudah barang tentu– Sergio Busquets.

Menariknya, dalam di lapangan, tugas dan fungsi masing-masing pemain dalam formasi ini pun nyaris serupa. Jorginho dan Busquets tepat berada di jantung lapangan. Keduanya menjadi sentral arah pertahanan dan penyerangan Italia dan Spanyol.

"Awak jadi teringat Tiga Menguak Takdir," kata Mak Idam seraya mengetat-kendurkan senar-senar gitar. Senar nomor tiga putus, konon (informasi yang didapatnya dari Sangkot) lantaran kelewat keras digenjrang-genjrengkan Tante Sela saat mengiringi Ocik Nensi menyanyikan lagu Lentera Cinta dari Nicky Astria.

"Tiga Menguak Takdir? Lagu siapa itu, Mak? P Ramlee, ya? Paten itu lagunya. Hei...., Senangnya dalam hatiii... Alahai, sodap!" kata Sudung.

Mak Idam menggeleng. "Itu Madu Tiga, Mamak. Tentang Jamil bin Abu yang berbinik tiga. Ini judul buku puisi. Tahu Chairil Anwar, kan? Penyair dari Medan? Ini buku dia sama Rivai Apin dan Asrul Sani. Walau sama-sama penyair, beda-beda isi kepala dan pendirian tiga orang ini. Tapi, dengan semua perbedaan, mereka mengumpulkan puisi-puisi, menyatukannya, untuk cita-cita yang mereka sebut sebagai 'suatu tujuan takdir'. Sama jugak, lah, kayak Timnas Italia dan Spanyol ini. Jorginho, Verrati, Barella di Italia. Busquets, Pedri, dan Koke di Spanyol. Beda-beda mainnya, beda klubnya, sekarang disatukan Mancini dan Enrique untuk satu tujuan menguak takdir, membawa Italia dan Spanyol jadi juara."

"Seddep!" seru Ocik Nensi dari balik steling. "Tak percuma dulu Ocik ajarin kau, Dam. Makin bekuah-kuah cakap kau sekarang. Kau bikin, lah, konten kau di YouTube. Nanti kalok jadi nge-hits, terus dipanggil Deddy Corbuzier atau Uya Kuya ke podcast orang itu, jangan kau lupakan ocik kau ini, ya. Bukan apa-apa, kalok ikut viral, kan, lumayan jugak. Iya, kan, Ayang Beib? Cucok? Enggak perlu lagi Ayang Beib kupas-kupas bawang."

LINE Up pertandingan Italia versus Spanyol di babak Semi Final Euro 2020
LINE Up pertandingan Italia versus Spanyol di babak Semi Final Euro 2020 (TRIBUNNEWS)

Mak Idam hanya menyengir lebar. Tok Awang pura-pura serius memperhatikan buah-buah pada papan catur yang sedang disusun Tamsil Kalimaya dan Zainuddin. Sudung bersiul-siul. Leman Dogol dan Jek Buntal melayangkan pandangan ke luar kedai. Sejumlah perempuan karyawati kantor melintas dengan masing-masing menenteng tas plastik supermarket waralaba di tangannya. Lalu Jontra Polta masuk, menyelamatkan keadaan.

"Italia pernah menang sembilan kali. Spanyol menang dua belas kali. Seri juga dua belas kali. Tapi sejak main seri sembilan tahun lalu, ada delapan pertandingan, Italia cumak bisa menang satu kali. Ini pertandingan ke sembilan. Yok, lah, bursa efek udah dibuka, kelen pilih yang mana?" katanya sembari membuka buku kecilnya.(t agus khaidir)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved