Kenaikan Harga BBM
Bentrok dengan Polisi, 9 Mahasiswa Terluka
Unjuk rasa untuk memprotes rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) masih berlanjut.
Insiden ini dipicu aksi mahasiwa yang berusaha menerobos masuk ke kantor Bupati, namun mereka dihalangi anggota Dalmas Polres TTU. Aksi saling dorong pun terjadi ketika polisi berusaha membubarkan demonstran dengan menggunakan kayu. Sembilan mahasiswa mengalami luka di wajah dan badan.
Situasi mulai reda setelah Kapolres TTU AKBP I Gede Mega Suparwitha turun ke lokasi dan meminta anggotanya untuk tenang dan mengatur barisan.
Massa mahasiswa yang tadinya lari berhamburan kembali berorasi dan meminta Bupati TTU Raymundus Fernandes bersedia menemui mereka. Mereka juga menuntut Kapolres bertanggung jawab atas insiden yang rekan mereka terluka. Mereka kemudian diterima Bupati Fernandes di aula kantornya.
Dalam pertemuan itu, Bupati Fernandes mengatakan mendukung tuntutan mahasiswa. "Saya selaku Bupati TTU atas nama rakyat TTU menolak dengan keras rencana kenaikan BBM dan surat penolakan tersebut sudah kami kirim ke pemerintah pusat pada beberapa waktu lalu," kata Fernandes.
Dalam kesempatan itu Kapolres TTU AKBP I Gede Mega Suparwitha meminta maaf atas sikap anggotanya yang telah melakukan pemukulan dan dia berjanji akan membantu biaya pengobatan sembilan mahasiswa yang terluka. Namun dia tidak menjawab atas pertanyaan apakah akan memberi sanksi pada bawahannya.
Tak puas dengan jawaban Kapolres TTU, Ketua PMKRI Cabang Kefamenanu Viktorianus Naihati yang juga menjadi salah satu korban pemukulan polisi, menjadi berang.
"Saya sangat menyesal terhadap tindakan polisi yang sangat arogan terhadap mahasiswa karena itu saya akan melapor ke Kejaksaan dan pihak Provost di kupang untuk segera memproses anggota Polres TTU yang telah melakukan pemukulan secara brutal terhadap mahasiswa, apalagi yang menjadi korban jumlahnya sampai sembilan orang," kata Naihati.