citizen reporter
20 Jam di Madrid
Saya memutuskan pergi ke Madrid, setelah kami, para pemimpin serikat buruh dunia selesai rapat di Brussel, Kamis (20/10) dini hari.
Saya landing pukul 20.00 waktu di Bandara Internasional Madrid Barajas. Langsung ke kota dengan naik kereta bawah tanah, Metro. Hanya dengan 2 euro setara Rp 24 ribu dengan jarak tempuh 25 menit. Metro tiba di pusat kota yang masih dipenuhi banyak orang yang baru pulang kantor. Jam kerja kantor di Spanyol berbeda dari negara lain. Ada masa istirahat dari pukul 13.00 sampai pukul 17.00. Masuk kerja lagi pukul 17.00 sampai pukul 20.00. Makan malam selalu dimulai sekitar pukul 9 dan pukul 10 malam. Tradisi ini diadopsi dari kebiasaan makan malam yang ditularkan Arab ribuan tahun lalu, saat negara ini dijajah Arab selama 600 tahun.
Setelah check-in di hotel, aku langsung cari restoran untuk berburu makanan tradisional Spanyol Casa Paronda, campuran daging dan seafood. Dengan kombinasi anggur dari daerah Rioja, kopi Espresso, lengkaplah makan malam itu.
"Mucho gracias!" kata pelayannya setelah makanan dibayar.
Biaya hidup di Spanyol lebih rendah dibanding negara Eropa utara lain. Musim panasnya juga selalu lebih panjang. Berpacu dengan waktu, aku harus segera pergi untuk menikmati malam yang perlahan merambat ke tengah malam. Kulangkahkan kakiku menuju Puerta de Sol, kawasan ramai yang selalu dikunjungi turis untuk makan, belanja, atau bercengkrama di tengah lapangan.
(*) Selengkapnya baca edisi cetak halaman 1 hari ini